KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 KLASIFIKASI IKLIM, POLA IKLIM GLOBAL, DAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
KLASIFIKASI IKLIM, POLA IKLIM GLOBAL, DAN PENGARUH
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN
1. Pengertian Iklim dan Klasifikasi Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu
tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun)
dan memiliki wilayah yang luas. Misalnya Indonesia memiliki iklim tropis.
Ragam iklim pada berbagai tempat di muka bumi ditentukan
oleh beberapa gabungan proses atmosfer yang berbeda. Agar diperoleh penjelasan
dan pemetaan daerah iklim, maka perlu mengidentifikasikan dan menglasifikasikan
jenis iklim.
a.
Klasifikasi
Iklim Matahari
Iklim matahari adalah iklim yang pembagiannya berdasarkan
banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Intensitas panas
yang diterima oleh suatu tempat dipengaruhi oleh letak lintangnya sehingga
iklim ini disebut dengan “iklim garis lintang”. Adapun pembagian daerah iklim
matahari adalah sebagai berikut:
1) Iklim Tropis (0-23,50 LU dan 0-23,50LS).
a)
Matahari selalu vertikal sehingga
suhu udara rata-rata tinggi (200 C- 300C)
b)
Tekanan udaranya lebih rendah dan
berubah secara perlahan dan beraturan.
c)
Kejadian hujan lebih banyak
daripada banyak wilayah lainnya. d)
2) Iklim Subtropis (23,5– 40o LU dan 23,5O– 40 OLS).
a)
Daerah peralihan antar iklim
tropis dan iklim sedang.
b)
Terdapat empat musim, yaitu musim
semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
c)
Pada musim panas, suhu tidak
terlalu panas dan pada musim dingin, suhu juga tidak terlalu dingin.
d)
Jika hujannya jatuh pada musim
dingin disebut iklim Mediterania. Jika hujannya jatuh pada saat musim panas,
disebut iklimTiongkok.
e)
Wilayah yang memiliki iklim
subtropis antara lain meliputi sebagian besar Eropa (kecuali Skandinavia),
kawasan Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Barat sebelah utara, Amerika Serikat,
selatan Amerika Selatan, Afrika Utara, selatan Afrika dan Australia.
3) Iklim Sedang (400 – 66, 50 LU dan 400 – 66, 50LS).
a)
Tekanan udara sering berubah-ubah.
b)
Arah angin yang bertiup
berubah-ubah tidak menentu. Kadang menimbulkan badai yang tiba-tiba.
3)
Iklim Dingin (66, 50 - 900LU dan 66, 50 - 900LS).
a)
Terdapat iklim tundra, yaitu musim
dingin yang berlangsung lama, sedangkan musim berlangsung singkat, udaranya
kering. Pada musim dingin, tanah selalu membeku karena tertutup oleh lapisan es
dan salju sepanjang tahun. Di musim panas, terdapat banyak rawa akibat es yang
mencair di permukaann tanah. Terdapat lumut-lumutan dan semak-semak. Wilayahnya
meliputi Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greendland,
dan Serbia bagian utara.
b)
Terdapat iklim es, yaitu terdapat salju abadi akibat suhu yang terus- menerus rendah. Wilayahnya
meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland dan Antartika di Kutub Selatan.
b.
Klasifikasi
Iklim W. Koppen
Seorang ahli klimatologi dari Universitas Graz Austria, Wladimir Koppen (1918) mencoba membuat
sistem penggolongan iklim dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi
intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembaban. Klasifikasi iklim W.Koppen
menggunakan sistem huruf.
Huruf pertama dalam sistem klasifikasi iklim W.Koppen
terdiri atas 5 huruf kapital yang menunjukkan karakter suhu atau curah hujan.
Kelima jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut.
1) Iklim A (Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin
masih lebih dari 18°C. Adapun rata-rata kelembaban udara senantiasa tinggi.
2) Iklim B (Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata proses
penguapan air selalu tinggi dibandingkan dengan curah hujan yang jatuh,
sehingga tidak ada kelebihan air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir
secara permanen.
3) Iklim C (Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan
rata-rata suhu bulan terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C.
Minimal ada satu bulan yang melebihi rata-rata suhu di atas 10°C. Iklim C
ditandai dengan adanya empat musim (spring, summer, autumn, dan winter).
4) Iklim D (Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan rata-rata suhu
bulan terdingin adalah kurang dari –3°C.
5) Iklim E (Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu
bulan terpanas kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas
yang jelas.
Huruf kedua
menunjukkan tingkat kelembaban, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah.
Untuk tipe iklim A, C, dan D huruf keduanya antara lain:
1) huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan cukup setiap bulan dan tidak terdapat musim kering;
2)
huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim dingin (winter);
3) huruf s menandai periode
musim kering jatuh pada musim panas (summer);
4) huruf m menunjukkan muson,
ditandai dengan adanya musim kering yang jelas walaupun periodenya pendek.
Khusus untuk tipe
iklim B, huruf keduanya adalah:
1) huruf s (steppa atau semi
arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 380 mm -
760 mm, dan
2) huruf w (gurun atau arid),
ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan kurang dari 250 mm.
Khusus untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:
1) huruf t artinya tundra;
2) huruf f artinya salju abadi
(senantiasa tertutup es);
3) huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Kombinasi
dari kedua kelompok huruf dalam sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai
berikut:
1)
Af artinya iklim hutan hujan tropis.
2)
Aw artinya iklim savana tropis.
3)
Am artinya pertengahan antara iklim hutan
hujan tropis dan savana.
4)
BS artinya iklim steppa.
5)
BW artinya iklim gurun.
6)
Cw artinya iklim mesothermal lembap (iklim
hujan sedang) dengan winter
yang kering.
7)
Cs artinya iklim mesothermal lembap (iklim
hujan sedang) dengan summer yang kering.
8)
Cf artinya iklim mesothermal lembap (iklim
hujan sedang) dan lembap sepanjang tahun.
9)
Df artinya iklim mikrothermal lembap (iklim
hutan salju dingin) dan lembap sepanjang tahun.
10)
Dw artinya iklim mikrothermal lembap (iklim
hutan salju dingin) dengan winter
yang kering.
11) ET artinya
iklim tundra.
12) EF artinya
iklim kutub (senantiasa beku).
13) EH artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am terdapat di daerah Indonesia bagian
barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi
Utara. Aw terdapat di Indonesia yang
letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara,
Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C terdapat di hutan- hutan daerah pegunungan. D terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
c.
Klasifikasi
Iklim Fisis
Iklim fisis adalah klasifikasi iklim yang pembagiannya
berdasarkan kondisi sebenarnya suatu
daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam dan lingkungan sekitarnya. Faktor
yang berpengaruh antara lain daratan yang luas, lautan, angin, arus laut,
vegetasi, dan topografi. Iklim ini dapat dibedakan menjadi:
1) Iklim Laut
Iklim laut terletak di daerah yang dikelilingi oleh lautan.
Ciri-cirinya antara lain penguapan tinggi, udara selalu lembap, langitnya
tertutup awan, perbedaan suhu antara siang dan malam hari rendah, serta
memiliki curah hujan yang rendah, serta memililki curah hujan yang tinggi.
2)
Iklim Darat
Iklim darat adalah iklim yang tidak dipengaruhi oleh angin laut karena
letaknya di tengah-tengah benua. Ciri-cirinya antara lain kelembaban udara
rendah, perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat mencolok sehingga
memungkinkan adanya padang rumput.
3) Iklim Gunung
Iklim gunung adalah iklim yang terdapat di dataran tinggi. Ciri-cirinya
antara lain terdapat di daerah yang beriklim sedang, hujan banyak terjadi di
lereng yang menghadap angin dan kadang banyak turun salju.
4) Iklim Musim
Iklim musim adalah iklim yang terdapat di daerah yang dilalui oleh
angin musim sehingga musim berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya antara
lain setengah tahun angin laut basah yang menimbulkan hujan dan setengah tahun
bertiup angin darat yang kering sehingga menimbulkan musim kemarau.
d.
Iklim
Menurut Schmidt-Ferguson
Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah
klasifikasi iklim yang banyak digunakan dalam bidang perkebunan dan pertanian.
Klasifikasi iklim ini dibuat berdasarkan kondisi iklim di daerah tropis.
Dasarnya adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan dan tingkat
kebasahan yang disebut gradien (Q). Gradien Q adalah persentase nilai
perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan
basah.
Untuk menentukan
bulan basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr. Menurut Mohr suatu
bulan dikatakan:
a)
bulan kering, yaitu bulan-bulan
yang curah hujannya kurang dari 60 mm;
b)
bulan basah, yaitu bulan-bulan
yang curah hujannya lebih dari 100 mm;
c)
bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100
mm. Penentuan iklim Schmidt-Fergusson dapat ditentukan dihitun dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Makin
besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim
semakin basah.
Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
adalah sebagai berikut.
a)
Tipe Iklim A (sangat basah), jika
nilai Q antara 0%–14,33%.
b) Tipe Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.
c)
Tipe Iklim C (agak basah), jika
nilai Q antara 33,3%–60%.
d)
Tipe Iklim D (sedang), jika nilai
Q antara 60%–100%.
e)
Tipe Iklim E (agak kering), jika
nilai Q antara 100%–167%.
f)
Tipe Iklim F (kering), jika nilai
Q antara 167%–300%.
g)
Tipe Iklim G (sangat kering), jika
nilai Q antara 300%–700%.
h)
Tipe Iklim H (kering sangat
ekstrim), jika nilai Q lebih dari 700%.
Perhatikan Diagram Schmidt-Ferguson berikut!
Gambar Diagram Schmidt-Ferguson
e. Klasifikasi Iklim Junghuhn
Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola
pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang
ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn
membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau
Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis
tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan pada ketinggian dan suhu tertentu.
Jadi dasar klasifikasi iklim Junghuhn ialah, ketinggian tempat, suhu udara, dan
vegetasi yang tumbuh di tempat itu.
Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan
ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.
Perhatikan Gambar Berikut!
Gambar Diagram Iklim Junghuhn
1)
Zone Iklim Panas, antara
ketinggian 0–600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di
atas 22°C.
2)
Daerah ini sangat cocok untuk
ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.
3)
Zone Iklim Sedang, antara
ketinggian 600–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata
tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas
perkebunan teh, karet, kopi, dan kina.
4)
Zone Iklim Sejuk, antara
ketinggian 1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata
tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat
cocok
untuk
ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa
jenis buah-buahan.
5)
Zone Iklim Dingin, antara
ketinggian 2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata
tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan
beberapa jenis rumput.
6)
Zone Iklim Salju Tropis, pada
ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
2.
Perubahan
Iklim Global
Perubahan iklim di dunia terus terjadi, baik menurut ruang maupun
waktu. Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang),
yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim dapat
berubah dalam bentuk siklus, baik secara harian, musiman, tahunan, maupun
puluhan tahun.
Perubahan iklim adalah suatu perubahan unsur-unsur iklim
yang memiliki kecenderungan naik atau turun secara nyata.
a. Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim secara global disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer. Hal ini terjadi sejak revolusi
industri yang membangun sumber energi yang berasal dari batu bara, minyak bumi
dan gas, yang membuang limbah gas di atmosfer, seperti Karbondioksida (CO2),
Metana (CH4), dan Nitrou oksida (NO).
Matahari yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi
panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bersuhu nyaman bagi kehidupan
manusia. Jika kemudian atmosfer bumi dijejali gas, terjadilah efek selimut
seperti yang terjadi pada rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke
udara ditahan oleh selimut gas sehingga suhu mengalami kenaikan dan menjadi panas.
Semakin banyak gas dilepas ke udara, semakin tebal selimut bumi, semakin panas
pula suhu bumi.
Aktivitas manusia dapat memengaruhi
terjadinya gangguan dan perubahan iklim secara global, antara lain sebagai
berikut.
1)
Efek Rumah Kaca (Green House
Effect)
Secara umum, bumi memiliki fungsi memantulkan cahaya
matahari dalam bentuk sinar inframerah ke atmosfer. Kemudian sinar inframerah
tersebut akan diserap (absorpsi) kembali oleh gas-gas atau zat-zat
yang ada di atmosfer, sehingga keadaan bumi menjadi tetap hangat atau panas
walaupun pada saat malam hari.
Gas atau zat-zat yang berfungsi menyerap dan menahan pantulan sinar inframerah dari bumi disebut gas-gas rumah kaca (green house glasses) karena seolah-olah gas-gas itu berfungsi sebagai kaca pada suatu rumah kaca. Tertahannya sinar inframerah oleh gas-gas rumah kaca, mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu udara di muka bumi yang disebut efek rumah kaca (green house effect). Naiknya suhu udara di bumi secara menyeluruh disebut pemanasan global (global warming). Akibat dari banyaknya CO, CFC, dan gas- gas rumah kaca lainnya yang dilepaskan ke atmosfer, maka suhu udara di bumi akan semakin cepat meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan dan perubahan iklim secara global. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pencairan es atau salju di kedua kutub bumi dan naiknya permukaan air laut secara keseluruhan sehingga memungkinkan tergenangnya kota-kota di sepanjang pantai.
2)
Penipisan Lapisan Ozon (Ozon Deplation)
Lapisan ozon adalah lapisan tipis yang
banyak mengandung gas ozon (O) yang terdapat pada bagian stratosfer yang
berfungsi antara lain menyerap (absorption) dan memantulkan (reflection) radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari sehingga sinar yang sampai
ke permukaan bumi tidak berlebihan.
Meningkatnya aktivitas manusia di berbagai negara mengakibatkan
keberadaan lapisan ozon tersebut menjadi semakin menipis. Di beberapa lokasi
terutama kutub utara dan selatan bumi dalam keadaan berlubang. Aktivitas
manusia yang berperan dalam penipisan lapisan ozon, antara lain aktivitas
manusia dalam bidang industri. Industri banyak mengemisikan CFC dari limbah
pabrik berupa gas dari pabrik, refrigrator, AC (Air Conditioner), dan aerosol.
Akibat dari
menipisnya lapisan ozon pada atmosfer bumi, membawa konsekuensi, sebagai
berikut.
a)
Perubahan iklim global, hal ini
disebabkan sinar matahari yang mengarah
ke bumi biasanya sebagian besar dipantulkan kembali ke jagat raya dan
sebagian diserap oleh atmosfer bumi serta sebagian kecil lainnya sampai ke
permukaan bumi. Akibat dari menipisnya lapisan ozon yang merupakan bagian dari
atmosfer bumi, sinar matahari dapat secara langsung sampai ke permukaan bumi
tanpa melalui adanya proses pemantulan (refleksi) dan penyerapan (absorpsi).
Akibatnya, suhu udara di bumi akan lebih cepat panas dan pada akhirnya akan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di bumi secara global.
b) Bahaya terhadap kelangsungan makhluk hidup di bumi, hal ini disebabkan radiasi sinar matahari terutama ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi dapat mencapai jumlah yang sangat berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai akibat, seperti timbulnya penyakit kanker kulit, katarak, proses penuaan kulit menjadi lebih cepat, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Radiasi ultraviolet juga mengakibatkan terganggunya fotosintesis pada tumbuhan di darat maupun di laut sehingga rantai makanan menjadi terganggu dan mengalami ketidakseimbangan.
3) Dampak Perubahan Iklim Global
Dampak perubahan
iklim secara global, antara lain sebagai berikut:
a)
Mencairnya bongkahan es di kutub
sehingga permukaan laut naik.
b)
Air laut naik dapat menenggelamkan
pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut dan pada akhirnya
menimbulkan banjir didataran rendah.
c)
Suhu bumi yang panas menyebabkan
mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka.
d) Meningkatnya risiko kebakaran hutan.
e)
Mengakibatkan El Nino dan La Nina.
f) Terjadinya perubahan pada cuaca dan iklim.
El Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan
iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya suhu per mukaan air permukaan laut
di pantai barat Peru–Ekuador (Amerika Selatan) yang mengakibatkan gangguan
iklim secara global. Biasanya, suhu air permukaan laut di daerah tersebut
dingin karena adanya arus dari dasar laut menuju permukaan (upwelling). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena
munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember).
Sejak 1980, telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada 1982, 1991, 1994, dan 1997/98. El Nino tahun 1997/98 menyebabkan kemarau panjang,
kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat di berbagai
pulau, dan produksi bahan pangan turun dratis, yang kemudian disusul krisis
ekonomi.
El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di
berbagai benua, terutama di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Ethiopia dan
negara-negara Afrika Timur lainnya. Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika
Selatan munculnya El Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan
karena melemahnya upwelling.
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut
bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El
Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru - Ekuador kembali
bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula
(dingin), dan upwelling
muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal
kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali
setelah terjadinya gejala El Nino.
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut
akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan
berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar
Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin
tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk
Indonesia waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa menyebabkan banjir.
LATIHAN SOAL
1.
Jelaskan karakteristik Iklim Sejuk
menurut klasifikasi Junghuhn!
2.
Jelaskan pengaruh menipisnya
lapisan ozon bagi kehidupan.
3.
Salah satu wilayah memiliki suhu
rata-rata tinggi sepanjang tahun, terletak pada lintang 60LU-110LS, dan banyak mendapatkan sinar
matahari. Iklim di wilayah sesuai ciri-ciri tersebut adalah….
A. Iklim kutub
B. Iklim dingin
C. Iklim sedang
D. Iklim subtropik
E. Iklim tropik
4.
Lapisan atmosfer pada angka 3
seperti gambar disebut …. dan berfungsi untuk
….
A. Troposfer, terjadi gejala cuaca yang membawa hujan
B. Stratosfer, menyaring sinar ultraviolet dari luar angkasa
C. Ionosfer, membakar meteor dari angkasa
D. Mesosfer, melindungi bumi dari benda luar angkasa
E. Termosfer, membakar benda angkasa yang jatuh ke bumi
5.
Pembagian iklim Junghuhn di
dasarkan pada ….
A. kondisi sebenarnya suatu daerah sebagai hasil pengaruh keadaan alam dan
lingkungan sekitarnya.
B. banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
C. ketinggian tempat, suhu udara, dan vegetasi yang tumbuh di tempat itu.
D. jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan dan tingkat kebasahan.
E. unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu, dan kelembaban.
Tidak ada komentar