Header Ads

ads header

Breaking News

PENGANTAR ILMU GEOGRAFI

 1. Perkembangan Ilmu Geografi 

            Berdasarkan asal-usulnya, ilmu geografi termasuk ilmu yang tua. Geografi muncul sejak abad ke-300 SM ketika bangsa Yunani melalui Eratosthenes, memperkenalkan geografi se bagai gambaran atau tulisan permukaan bumi (Maryani, 2006). Secara etimologis, dalam bahasa Yunani kata geografi berasal dari kata “geo” yang berarti bumi dan “graphia” berarti gambaran. Dengan demikian, geografi didefinisikan sebagai studi tentang tempat dan hubungan antara manusia dan lingkungannya. Beberapa tokoh seperti Aristoteles, Strabo, Ptolemeus, dan Herodotus kemudian mengembangkan ilmu geografi. Bahkan Ptolomeus, yang juga dikenal sebagai ahli matematika dan astronomi, merupakan orang yang pertama kali mengenalkan peta.


            Perkembangan ilmu geografi seiring dengan sejarah manusia untuk mengenal ling kungan dan wilayah yang lain. Ahli geografi mempelajari sifat fisik permukaan bumi maupun masyarakat manusia yang tersebar di atasnya. Mereka juga meneliti interaksi budaya manusia dengan ling kungan alam, serta dampak lokasi dan tempat tinggal pada manusia. Geografi berupaya memahami ruang dan tempat suatu obyek ditemukan, proses dan alasan keberadaan obyek itu di suatu tempat, serta perkembangan dan perubahannya seiring waktu. Pada Abad Pertengahan, ilmu geografi juga dikembangkan oleh bangsa Arab ya itu oleh Idrisi, Ibnu Battutah, dan Ibnu Khaldun. Mereka melakukan perjalanan ke berbagai penjuru negeri yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mereka tentang dunia. Dalam salah satu karyanya, Travels in Asia and Africa 1325-1354, Ibnu Battutah mendeskripsikan bentang alam lingkungan yang ia kunjungi, sekaligus aspek budaya, ekonomi, dan politik suatu masyarakat. Di akhir Abad Per tengahan, Marco Polo, seorang penjelajah asal Italia, telah mendokumentasikan per jalanannya ke berbagai penjuru negeri Asia hingga sampai ke Cina melalui jalur sutera. Karya Marco Polo tersebut membangkitkan minat mempelajari geografi di luar dunia Muslim. Beberapa wilayah di Nusantara pernah menjadi daerah persinggahan Ibnu Battutah dan Marco Polo.

            Perkembangan ilmu geografi juga seiring dengan Abad Renaisans di Eropa yang mendorong keinginan untuk menjelajahi bagian dunia yang belum diketahui. Perjalanan tersebut nantinya mengarah pada penjelajahan untuk penemuan-penemuan besar.

             Di Nusantara, perkembangan ilmu geografi diperkenalkan oleh Alfred Russel Wallace, naturalis asal Inggris. Wallace menjelajahi Malaka, Singapura, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Ambon, hingga Papua pada tahun 1854–1862. Kisah perjalanan Wallace kemudian diterbitkan pada 1869 dengan judul The Malay Archipelago. Buku tersebut mendokumentasikan keanekaragaman hayati di Nusantara. Tokoh yang dikenal dengan bapak biogeografi ini kemudian memperkenalkan teori Garis Wallace, garis imajiner yang mengelompokkan flora dan fauna berdasarkan wilayah di Indonesia. Perkembangan geografi juga sejalan dengan berbagai penemuan teknologi seperti fotografi udara, sensor jarak, komputer, dan satelit yang membantu pemahaman manusia tentang peta dan pemetaan. 

        Beberapa ahli geografi, menjelaskan geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal     balik antara alam dan manusia di permukaan bumi. Berdasarkan KBBI, geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Geografi menjelaskan sifat bumi melalui fenomena alam serta interaksi dengan manusia sebagai penghuninya. Ahli geografi mempelajari lanskap bumi, atmosfer, lingkungan alam, dan manusia. Geografi juga mengkaji perubahan dan proses kehidupan kumpulan manusia atau penduduk seiring dinamika yang terjadi pada bumi dalam rentang waktu yang panjang.  

2. Obyek Studi Ilmu Geografi 


        Setiap disiplin ilmu memiliki obyek studi atau hal pokok yang dikaji tersendiri dan menjadi kekhasan ilmu tersebut. Walaupun memiliki kemiripan dalam hal yang dikaji, yaitu tentang manusia dan lingkungan, geografi memiliki kekhasan. Terdapat dua obyek studi dalam ilmu geografi yaitu obyek material dan obyek formal. 

a. Obyek material 

        Obyek material adalah hal pokok yang dapat diamati dan dikaji dalam ilmu geografi. Hal pokok tersebut bersifat bendawi dan nyata. Hal ini disebut obyek material atau berbentuk “materi” yang dapat diamati. Obyek material geografi adalah fenomena geosfer yaitu segala peristiwa alam yang terjadi pada bumi. Fenomena geosfer meliputi atmosfer (selubung gas), litosfer (batuan), pedosfer (tanah), biosfer (flora dan fauna), hidrosfer (air), serta antroposfer (manusia). Fenomena geosfer sebagai obyek material geografi akan kita diskusikan lebih jauh dalam bagian selanjutnya dari buku ini. Kalian dapat memperkaya informasi tentang obyek material studi ilmu geografi dari berbagai sumber


b. Obyek formal 

        Obyek formal adalah pendekatan atau cara memahami fenomena geosfer yang terjadi di permukaan bumi dan menjadi sebab geografi dipelajari. Fred K. Scaefer, seorang ahli geografi, menyatakan obyek formal geografi adalah ilmu yang terkait dengan cara mengatur pembagian keruangan di permukaan bumi. Obyek formal dari geografi terkait dengan penyebab fenomena di permukaan bumi dan cara mempelajarinya (Suharsono & Budi, 2006: 199). Terdapat tiga macam pendekatan geografi yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan/ekologi (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Ketiganya akan kalian pelajari lebih mendalam di bagian ini. 

     Obyek formal inilah yang membedakan ilmu geografi dan ilmu pendukung lainnya. Misalnya geografi akan mudah dibedakan dengan biologi, oseanografi, hidrologi, klimatologi, geologi, dan ilmu-ilmu kebumian lainnya. Sebagai contoh, klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan cuaca di suatu daerah. Klimatologi akan menjelaskan tentang kondisi cuaca, curah hujan, tekanan udara di daerah tersebut. Namun, geografi memiliki cara penjelasan yang berbeda dengan klimatologi. Dengan perspektif keruangan, geografi menjelaskan dampak curah hujan di daerah tersebut atau wilayah mana saja yang berpotensi tergenang. 

         Dengan perspektif ekologi, geografi akan menganalisis perilaku manusia menyikapi curah hujan dalam kaitannya dengan lingkungannya Contoh lain, dalam alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman, pendekatan ekologi akan menganalisis aspek lingkungan, terutama hutan, sebagai daerah resapan air. 

         Geografi dengan pendekatan kewilayahan yang menggabungkan dua pendekatan terdahulu akan memperhatikan hubungan antarwilayah. Dalam contoh terkait dengan curah hujan misalnya, pendekatan ini tidak hanya menjelaskan dampak curah hujan di suatu daerah, tetapi juga dampaknya bagi daerah lain yang bahkan tidak mengalami curah hujan  tinggi. Pen dekatan ini juga menekankan perilaku yang mesti dilakukan oleh manusia yang tinggal di daerah tersebut dan daerah terdampak lainnya. Studi kasus berikut ini dapat memberikan contoh dan penjelasan mengenai pendekatan kompleks wilayah.


3. Aspek Ilmu Geografi 

        Kajian Ilmu geografi mencakup dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek sosial. Berikut penjelasannya: 

a. Aspek fisik 

        Aspek fisik adalah aspek non-manusia yang memengaruhi kehidupan manusia, yaitu aspek topologi (terkait dengan letak, luas, bentuk, dan batas suatu wilayah), aspek biotik (terkait dengan flora dan fauna), dan aspek abiotik (terkait dengan kondisi tanah, air, dan iklim). 

b. Aspek sosial 

            Aspek sosial adalah yang terkait dengan tempat dan cara manusia hidup serta berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Aspek sosial ini akan melihat dari dimensi ekonomi, budaya, politik, dan kondisi sosial suatu masyarakat.

4. Pendekatan Geografi 

        Pendekatan atau cara mempelajari geografi sudah disinggung di awal materi. Ketika kalian belajar ilmu geografi, hal yang membedakan dengan ilmu lainnya adalah pendekatan atau cara berpikir geografi yang menjadi karakteristik ilmu ini. Terdapat tiga pendekatan yang menjadi cara berpikir geografi yaitu: 

■ Pendekatan keruangan (spatial approach) 

            Pendekatan keruangan adalah cara pandang yang menekankan pada lokasi atau tempat (ruang) fenomena geosfer terjadi serta fenomena yang terjadi. Pendekatan ini lebih memberi perhatian pada lokasi dan sebarannya, fenomena yang terjadi, penyebab fenomena tersebut terjadi di lokasi itu, dan faktor-faktor alam yang berpengaruh terhadap fenomena tersebut. 

        Sebagai contoh, dalam melihat kasus banjir yang terjadi di Kota Yogyakarta, pendekatan keruangan akan menganalisis lokasi daerah rawan banjir termasuk sebarannya, penyebab banjir, dan faktor-faktor alam yang berpengaruh terhadap banjir. Peta ancaman banjir di Kota Yogyakarta berikut ini akan memberikan informasi mengenai lokasi dan sebaran kawasan rawan banjir.  

Gambar 1 
Peta Ancaman Banjir di Kota Yogyakarta 
Sumber: BPBD Pemerintah Kota Yogyakarta (2014)

■ Pendekatan Lingkungan/Ekologi (ecological approach) 

            Pendekatan lingkungan merupakan cara pandang yang memfokuskan pada aspek lingkungan fisik tempat fenomena geosfer terjadi. Pertanyaan dasar dalam pendekatan ini: 1) Fenomena apa yang terjadi? 2) Di manakah terjadinya? Bagaimana sebaran, luasan, dan dampaknya? 3) Bagaimana relasi fenomena tersebut dengan manusia? Bagaimana cara berpikir manusia terhadap fenomena tersebut? Sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat manusia di daerah tersebut terhadap fenomena yang terjadi? 

         Pada kasus banjir di Kota Yogyakarta, pendekatan lingkungan memusatkan perhatian pada struktur tanah dan kondisi daerah cekungan yang menjadi penyebab banjir. Pendekatan ini juga mengamati perilaku manusia dalam mengubah alam sehingga memunculkan risiko banjir.

• Pendekatan Kompleks Wilayah (regional complex approach) 

        Sedangkan pendekatan kompleks wilayah adalah cara pandang yang menggabungkan dua pendekatan yaitu keruangan dan ekologi dalam menjelaskan fenomena geosfer. Pertanyaan mendasar dari pendekatan ini adalah: 1) fenomena apa yang terjadi? (ada aspek yang kompleks terjadi di dua wilayah atau lebih sebaran dan luasannya). 2) di mana terjadi (sebarannya dan luasannya disajikan dalam peta)? dan mengapa terjadi di lokasi tersebut? 3) Faktor alam apa saja yang memengaruhi fenomena tersebut dan juga faktor manusia (pengetahuan, cara pandang, sikap dan perilaku)? 4) bagaimana dinamikanya?, 5) bagaimana pemecahan terhadap masalah tersebut? Pendekatan ini menjelaskan hubungan antarwilayah yang berbeda, misalnya wilayah A, B, dan C yang berpotensi saling memengaruhi baik korelasi maupun sebab-akibatnya. 


            Dalam kasus banjir di Kota Yogyakarta, pendekatan ini akan mencari penjelasan dari pendekatan keruangan maupun ekologi, serta menganalisis potensi pengaruh dari wilayah lain yang dapat memengaruhi terjadinya banjir. Kasus banjir di Kota Yogyakarta akan menganalisis keterkaitan dengan alih fungsi lahan maupun kondisi cuaca di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Lalu cara pandang, pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang tinggal di tiga kota/kabupaten tersebut juga menjadi fokus dari cara pandang ini.








Tidak ada komentar